Posted by : Unknown Rabu, 28 April 2010

Pada jaman dahulu kala adalah dua raja bersaudara. Seorang menjadi raja di Daha dan seorang lagi di keling. Kedua raja ini belum juga mendapat putra. Berbagai tabib dan dukun sudah mencoba untuk mengobati raja. Tak ada yang berhasil. Kemudian kedua raja itu pergi bernazar ke sebuah permujaan di puncak bukit. Pemujaan itu bernama Batu Kemeras. Raja Keling bernazar kalau ia dikaruniai anak ia akan datang lagi membawa sirih pinang ke batu kemeras itu. Sedangkan raja daha bernazar akan memotong kerbau berselimut sutera bertanduk emas berkuku perak.

Alkisah dengan izin Tuhan terkabullah hajat kedua raja itu. Raja Daha di karuniai anak wanita sedangkan raja keeling di karuniai anak lelaki. Anak raja Daha sangat cantik wajahnya begitu pula anak raja Keling sangat tampan. Maka sampailah saatnya mereka akan membayar nazarnya. Rja Keling datang ke pemujaan Batu Kemeras. Meskipun ia Cuma berjanji akan membawa sirih pinang, tetapi ia membawa kerbau bertandu kemas berkuku perak dan berselimut kain sutera. Raja Daha yang dahulu memasang nazar besar ternyata tak memenuhi janjinya. Ia datang Cuma membawa anak kerbau biasa.

Setelah selesai upacara membayar nazar, pulanglah kedua raja itu ke negerinya masing – masing. Arkian ditengah perjalanan Raja Daha, datanglah angin putting beliung yang sangat deras. Putrid Raja Daha diterbangkan angin ke angkasa. Sangat sedih hati Raja dan Permaisuri. Para inang pengasuh dan pengiring lainnya menangis melolong lolong sambil membanting dirinya. Raja Daha meratap dalam syair tembangnya :

“Wahai anakku sibiran jiwa, buah hati permainan mata, hanya engkaulah tumpuan hatiku, kini menjadi korban angin. Mengapa anakku jadi begini, puspa mata di terbangkan angin, tetapi bila takdir menghendaki, kelak pasti brjumpa lagi”.

Semakin jauh bayi wanita anak raja Daha diterbangkan angin . ia melewati padang dan bukit. Akhirnya terjatuh pada sebuah taman. Taman itu dijaga oleh sepasang suami istri yang mandul. Namanya Pak Bangkol dan Bu Bnagkol.

Pada waktu pak Bangkol pergi berkeliling memeriksa taman ditermuinya bayi wanita itu tergeletak di tepi telaga. Sangat terkejut bercampur gembira hati pak Bangkol. Bayi utu dibawanya pulang, isterinya sangat senang mendapatkan bayi wanita itu karena sudah lama ia ingin mempunyai anak. Anak wanita itu diberi nama Cilinaya.

Ringkas cerita Cilinaya dipelihara oleh Pak Bangkol dan Bu Bangkol d taman itu. Diajarkannya berbagai keterampilan wanita seperti memasak, menenun, menyulam dan merangkai bunga. Cilinaya tumbuh menjadi gadis remaja yang luar biasa cantik. Selain cantik jelita ia juga cerdas.

Pada suatu hari datanglah berita bahwa sang pangeran putera Raja Keling waken datang untuk berburu di hutan perburuan. Rombongan pengeran dari KEling itu akan singgah di taman. Pangeran itu bernama Raden Panji. Pada hari ia datang, itu cepat cepat ibu Bangkol menyembunyikan Cilinaya di dalam buluh terudak benang.  Inaq BAngkol dan Pak Bangkol menyambut sang pangeran dengan penuh hormat dan ramah tamah. Setelah duduk berkatalah sang pangeran :

“Bu, saya datang kemari karena saya bermimpi bahwa ibu mempunyai seorang anak gadis yang sangat cantik. Kecantikan anak itu melebihi kecantikan bidadari di kayangan. Tak seorangpun putrid raja dimuka bumi ini yang menyamai kecantikan anak gadis ibu itu. Bu mana dia aku ingin bertemu dan akan kujadikan istriku.”

Pucat pasi wajah bu Bangkol mendengar ucapan pangeran itu. Ibu Bangkol lalu berkata :

“Tuanku Pangeran ketahuilah hamba tak punya anak wanita. Apalagi yang cantik seperti kata tuan tadi, kalaupun tuan tak percaya periksalah rumah hamba ini”.

“ha …..ha….ha…..jangan ibu berbohong. Akan ku periksa rumah ibu dan kalau kudapatkan ia pasti akan ku ambil menjadi istriku. Biar aku bermertua ibu, ha ha ha !”.

Lalu diperiksalah rumah itu oleh pangeran dari keeling itu. Dicarinya kemana – mana, dibawah kolong, d gulungan tikar, dalam gerobak semua tak ada. Raden Panji putus asa lalu keluar dari rumah. Waktu melewati pintu, dengan takdir Allah tersangkutlah sehelai rambut Cilinaya pada gagang keris raden Panji. Rden Panji terkejut lalu dicarinya asal rambut itu dan Cilinaya pun dijumpainya di dalam terudak benang. Raden Panji kawin dengan Cilinaya.

Setelah setahun lamanya tinggal di taman bersama istrinya Raden Panji minta ijin pulang ke negeri Keling. Sampai di Keling ia bercerita kepada ayahnya bahwa ia telah kawin denga Cilinaya anak penjaga taman. Raja Keling sangat kecewa karena putranya telah mengawini anak orang biasa. Diam – diam raja menyuruh algojonya untuk membunuh Cilinaya. Patih algojo pergi ke taman untu menjemput Cilinaya. Pada waktu itu Cilinaya sedang baru melahirkan. Raden panji pura – pura disuruh mencari hati menjangan hijau untuk obat ayahnya, sudah seminggu ayahnya pur a- pura sakit. Begitulah siasat Raja Keling untuk memisahkan Raden Panji dengan Cilinaya.

Patih algojo membawa Cilinaya ke sebuah pantai yang sepi di Tanjung Menangis. Sampai dibawah sebatang pohon ketapang yang rindang berhentilah mereka. Patih algojo menceritakan maksudnya kepada Cilinaya.

“BAiklah paman bila memang demikian kehendak ayahanda prabu Keling, bunuhlah aku sekarang juga. Sebelum paman membunuhkku akan ku petik buah maja untuk mengganti tempat anakku menyusu, dan pesanku bila nanti darahku berbau amis, itulah tanda bahwa aku orang biasa. Bila darahku berbau harum ketahuilah paman bahwa aku juga anak Raja – raja”. Begitulah ucapan Cilinaya sambil berurai airmata.

“Nah cabutlah kerismu paman dan bunuhlah aku. Sampaikan salamku kepada suamiku sang Raden Panji” katanya lagi.

Cilinaya duduk berjongkok sambil memeluk bayinya. Rambutnya dilepas terurai. Ia memandang ke langit sambil berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka dibunuhlah Cilinaya di bawah pohon pohon ketapang di Tanjung Menangis itu. Tubuhnya tergeletak ditanah dan muncrat darahnya berbau sangat harum seperti bau kasturi. Sang bayi lelaki anaknya memeluk buah maja yang disangkanya susu ibunya.

Alkisah Raden Panji yang diiringi oleh saudara nya yaitu Raden Irun dan para pengiring sampai pula ke tempat itu. Didengarnya suara tangisan bayi yang sangat memilukan hati. Berlomba – lomba mereka berlari mencari suara tangisan bayi utu. Dan ketika ditemuinya, dilihatnya ada mayat wanita. Raden Panji segera menandai mayat istrinya dari cincin yang dipakainya. Tak terkatakan sedih hatinya, tiba – tiba dari arah langit terdengar suara guruh dan petir sambar menyambar, angina berhembus kencang dan awan hitam tebal menutupi angkasa. Di celah – celah suara petir itu terdengarlah suara ghaib dari langit. “wahai orang yangmalang buatlah peti mayat istrimu dan hanyutkan ia ke laut, kelak tuhan dengan kuasa-Nya akan mempertemukan kalian kembali !”.

Dengan tak banyak berfikir Raden Panji menyuruh Raden Irun dan para pengiringnya membuat peti dari kayu. Peti itu diberi tali sepanjang seribu depa. Setelah selesai lalu dimasukkanlah mayat istrinya kedalam peti. Kemudian peti itu dihanyutkannya kelaut. Raden Panji memegang tali peti itu dan menuntunnya sepanjang pantai.

Lalu datanglah arrus laut dan badai yang sangat hebat, tali penambang peti terputus dan hanyutlah peti mayat itu dibawa arus. Raden Panji berjalan sambil menggendong anaknya yang masih bayi itu. Anaknya lalu diberi nama Raden Megatsih yang artinya “si putus tali kasih”.

Tersebutlah peti mayat itu hanyut sampai negeri Daha, pada saat itu istri raja Daha sedang berpesta ria dipantai. Ketika permaisuri raja melihat ada peti terhanyut segera ia menyuruh prajuritnya untuk mengambil peti itu. Ketika peti dibuka ternyata isinya seorang wanita cantik yang tidur lelap. Kemudian wanita yang tak lain dari Cilinaya yang sudah hidup kembali itu diambil menjadi anak Raja Daha. Segar bugar dan bertambah cantik si Cilinaya sekarang.

Bertahun-tahun telah berlalu, Raja Daha mengadakan pesta besar. Pada pesta itu diadakan sabung ayam dengan taruhan yang amat besar. Para raja dari berbagai negeri dating untuk berjudi sabung ayam itu. Mereka mempertaruhkan wilayah negeri mereka masing – aing. Bukan main meriahnya perta perjudian di kerajaan Daha itu. Tiba – tiba datanglag seorang anak lelaki kecil membawa ayam jago. Bulunya hijau berjengger dan berekor indah. Kokoknya sangat aneh bunyinya : “Do do Panji Kembang Ikok Maya. Ayahku Panji Ibuku Cilinaya”. Semua orang sangat heran mendengar kokok ayam yang sangat aneh itu. Sedangkan Cilinaya mendapat firasat bahwa yang dating itu adalah anaknya, kemudian dilakukan sabungan ayam raja dengan ayam si Megatsih. Sebagai taruhannya adalah separoh kerajaan Daha melawan nyawa si Megatsih.dalam satu gebrakan saja matilah ayam Raja Keling oleh ayam Megatsih. Raja Keling menyerahkan separuh kerajaannya. Kemudian Raden Panji bertemu kembali dengan istrinya si Cilinaya.

Saduran dari Cerita para tetua Suku Sasak
Disadur ke Bahasa Indonensia oleh Tim Kreatif Talenta FM

sumber : suarakomunitas.net

{ 3 komentar... read them below or Comment }

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. dimana kita bisa temukan cetakan buku tentang cerita rakyat sasak???

    BalasHapus
  3. Endingnya tidak begitu jelas. Bgmn ceritanya raden panji bisa bertemu dengan cilinaye

    BalasHapus

- Copyright © Visit Lombok - Sumbawa 2012 - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -